Garebeg keraton

Sahabat, penyebutan kata 'Gangsa' selalu diidentikkan dengan gamelan. Hal tersebut mengacu pada elemen pembuatnya yang disebut 'Tiga Sedasa', perpaduan tiga bagian tembaga dan sepuluh bagian timah yang menghasilkan perunggu. Perpaduan ini menghasilkan logam terbaik sebagai bahan baku gamelan. Di keraton ada perangkat gamelan untuk keperluan khusus, disebut Gangsa Pakurmatan. Salah satunya adalah Gamelan Sekati, yang dibunyikan selama pelaksanaan Hajad Dalem Sekaten. Jika tidak sedang digunakan, seperangkat gamelan ini disimpan (lenggah) di Bangsal Trajumas Keraton.

Seperangkat Gangsa Sekati yang saat ini dimiliki oleh Kasultanan Yogyakarta merupakan warisan dari Kerajaan Mataram, yang awalnya adalah Kanjeng Kiai (KK) Gunturmadu dan KK. Guntursari. Saat Perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang membagi kerajaan Mataram, keduanya dibagi antara Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.  KK. Gunturmadu diserahkan kepada Kasultanan Yogyakarta, sedangkan KK. Guntursari diserahkan pada Kasunanan Surakarta. Untuk mengembalikan gamelan pada kelengkapan semula, Sri Sultan HB I, membuat putran (duplikasi) dari KK. Guntursari yang diberi nama KK. Nagawilaga yang berasal dari ‘naga’ yang berarti ular sangat besar dan mampu menyangga bumi. Sedangkan ‘wi’ bermakna menang dan ‘laga’ memiliki arti pertempuran. Dengan demikian Kanjeng Kyai Nagawilaga diartikan sebagai perjuangan Pangeran Mangkubumi untuk memenangkan pertempuran. Kedua gamelan inilah yang kemudian dikenal dengan nama Gamelan Sekati.

Gamelan tersebut hanya dimainkan pada saat Sekaten, tradisi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW yang telah ada sejak zaman Kerajaan Demak. Sekaten sendiri berasal dari kata sekati, namun pendapat lain menyatakan bermakna syahadatain atau dua kalimat syahadat. Para Wali menyadari penyebaran agama tidak melalui pemaksaan, sehingga dulunya Gangsa Sekati dibunyikan dengan maksud dapat menari perhatian masyarakat. Nanti malam, Jumat (24/11) mulai pukul 19:00, Gamelan Sekati akan diberangkatkan dari Bangsal Pancaniti di Pelataran Keben menuju Pagongan Masjid Gede dalam upacara Miyos Gangsa.

Photo: Tepas Tandha Yekti
Source:
KRT. Rinta Iswara
Mas Lurah Susilamadya
Herry L. Sekaten (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013).
http://vetter.sites.grinnell.edu/gamelan

Comments

Popular posts from this blog

Makam auliya' , tokoh dan cikal bakal kulon progo

Makam Di Jalur Pendakian Merbabu

Kembang Teleng